Dilansirdari Ensiklopedia, perusahaan yang kegiatan usahanya mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi adalah perusahaan industri. Baca Juga: Perhatikan rantai makanan berikut! Fitoplankton -> udang -> ikan -> singa laut. Pengelolaanlimbah kertas HVS yang biasanya dilakukan dengan pembakaran, menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan. Sebagai solusi untuk mengatasi kondisi tersebut, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS) menginisiasi daur ulang limbah kertas HVS menjadi asam oksalat yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan industri. Salahsatu kegiatan sektor ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah kegiatan industri. Kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput). Pengamatan berbahaya (B-3). Bahan pencemar keluar bersama-sama dengan bahan . 2 buangan (limbah) melalui udara, air, dan tanah yang merupakan JAKARTA Lebih dari satu juta kasus kebutaan mata terjadi di Indonesia. Sayangnya, penanganan untuk masalah ini menemui jalan buntu. Berdasarkan hasil survei Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) dalam kurun 2014 hingga 2016, sebanyak delapan juta orang mengalami gangguan penglihatan, 1,6 juta Beberapakarakteristik limbah cair industri tahu yang penting anatara lain: 1. Padatan tersuspensi, yaitu bahan-bahan yang melayang dan tidak larut dalam air. Padatan tersuspensi sangat berhubungan erat dengan tingkat kekeruhan air, semakin tinggi kandungan bahan tersuspensi tersebut, maka air akan semakin keruh. 2. Untukmengurangi bahan baku impor, BUMN farmasi akan membangun pabrik paracetamol. Untuk mengurangi bahan baku impor, BUMN farmasi akan membangun pabrik paracetamol. (Persero) Nicke Widyawati menambahkan, PT KPI dan KAEF berinisiasi untuk dapat bekerja sama mengolah lebih lanjut salah satu produk petrokimia yaitu Benzene dan Propylene yang Jawaban B. industri Dilansir dari Ensiklopedia, perusahaan yang kegiatan usahanya mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi adalah perusahaan industri. Baca Juga: Proses kerjasama antara 2 orang atau lebih dengan memanfaatkan sarana dan prasarana tertentu secara berdaya guna adalah pengertian dari PersonelSatuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) RI-PNG Yonif Mekanis 512/QY, mengajari warga untuk mengolah jantung pisang menjadi makanan. Dansatgas berharap ilmu yang telah dibagikan oleh anggota Pos Kotis dapat diaplikasikan oleh warga kampung dalam industri rumah tangga. Harapan lain adalah agar warga yang telah mampu Rencanapembangunan pabrik produk berbahan baku tembaga tersebut, menurut Amhar, juga sudah disampaikan kepada Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. "Gresik sangat strategis karena untuk pabrik selongsong peluru karena di sana langsung terkoneksi dengan kebutuhan bahan baku dan pelabuhan. Jadi akan lebih mudah dan murah," terangnya. BukuOriginal Perancangan Pabrik untuk Industri Pangan di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan. ANTMakan diuntungkan. Setelah presiden Joko Widodo menetapkan peta jalan kebijakan mobil listrik, prospek dan kinerja perusahaan tambang milik negara (BUMN), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menarik untuk dicermati publik di tanah air. Dianggap menarik, karena sebagai perusahaan tambang, ANTM bukan hanya memproduksi emas dan bauksit, tetapi menjadi Bagikan: Emisi karbon adalah penyebab polusi udara terbesar di dunia. Emisi karbondioksida dihasilkan dari bahan bakar minyak. Kebutuhan dan penggunaan bahan bakar minyak yang semakin besar cenderung menghasilkan polusi udara di kota-kota besar dunia. Seperti contohnya di Indonesia, yakni Kota Jakarta. Volume kendaraan yang besar dalam waktu 55 Salah satu cara menanggulangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah pabrik adalah a. Mengolah limbah pabrik sebelum dibuang. b. Membatasi penggunaan bahan kimia. c. Mengurangi dan menutup industri bahan kimia. d. Membuang limbah pabrik sedikit demi sedikit. Jawaban : A. Lihat Juga : Soal Zat Adiktif dan Psikotropika. 56. JAKARTA PT Krakatau Steel (Persero) Tbk akan mendapat dana talangan dari pemerintah sebesar Rp 3 triliun. Dana tersebut alan digunakan untuk memberikan relaksasi pembayaran kepada para konsumennya. Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, konsumennya saat ini tengah kesulitan karena pandemi Covid-19. Karena industri hilir baja tengah mengalami kesulitan, otomatis hal Iapun menyarankan adanya pengawasan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang dapat mengolah bahan-bahan organik mudah urai. "Barang kali ke depannya, pada industri yang berpotensi menghasilkan limbah logam berat, seharusnya IPAL-nya bukan IPAL untuk mengolah bahan organik, namun IPAL yang mampu mengambil logam berat seperti teknologi ion exchange," ucap dia. UI1L. Guna mengurangi limbah tekstil yang diakibatkan oleh industri atau pakaian bekas pakai, Pable siap mengolahnya menjadi bahan siap pakai. Indonesia merupakan salah satu negara dengan industri tekstil di dunia. Banyak pabrik besar serta UMKM yang memang memfokuskan diri untuk membuat aparel, yang memiliki kualitas yang diakui oleh dunia. Tapi, dengan banyaknya industri tekstil dan tingginya populasi di Indonesia, terutama di Jakarta, membuat sampah tekstil menjadi mengkhawatirkan. Oleh karenanya, Pable yang merupakan startup dari Indonesia siap mengolah limbah tersebut. Pable menyebut, mengutip dari National Geographic, Maret 2020 The End of The Trash, dari 57% sampah yang ada di Jakarta, sekitar 8,2% nya merupakan limbah tekstil. Informasi yang terdapat dalam Indonesia Circular Forum juga menunjukkan ton tekstil terbuang percuma selama proses pembuatannya. Aryenda Atma, Founder & Creative Director Pable mengatakan bahwa startup dibawah PT. Daur Langkah Bersama telah aktif melakukan pendauran limbah tekstil ini semenjak awal 2020 di Surabaya. Ini dilakukan untuk mengurangi limbah tekstil yang tak dapat diolah oleh tanah. Bukan hanya ingin menanggulangi jumlah limbah tekstil saja, namun Pable mengatakan ini menciptakan lapangan kerja baru untuk masyarakat Indonesia. Seperti diketahui, semenjak wabah COVID-19, banyak pekerja yang kehilangan pekerjaan mereka. “Kami sangat percaya bahwa Pable dapat menghadirkan alternatif baru dalam mengkonsumsi sebuah produk. Di sini kami mengolah limbah tekstil, menjadikannya benang daur ulang, serta memprosesnya kembali menjadi barang baru,” kata Atma, dalam siaran pers yang diterima redaksi 18/11. Dari hasil daur ulang sampah tekstil industri Pable menghasilkan beberapa output seperti kain tekstil siap pakai yang dapat diaplikasikan menjadi pakaian. Mereka juga memproduksi produk zero waste yang dapat dijual kembali seperti pouch, keset, serbet, karpet, alas piknik hingga keranjang. Memproduksi tanpa limbah, itulah tujuan Pable. Sebagai partner dalam melakukan daur ulang, Pable mencari desa-desa di Jawa Timur, agar dapat memproses benang daur ulang menjadi lembaran-lembaran kain tenun secara manual, sehingga dapat membantu masyarakat yang terdampak pandemi COVID-19. “Kedepannya, Pable akan mempersiapkan pengolahan limbah post consumer recycled yang merupakan limbah rumah tangga berbahan dasar kain melalui sistem drop box,” sebut Atma. Saat ini Pable membuka kesempatan bagi semua pihak untuk ikut andil dalam gerakan tersebut dan menjadi Depo untuk menerima sampah tekstil masyarakat dan mensosialisasikan sistem textile waste recycle. WASHINGTON DC, - Iran memberi Rusia bahan-bahan untuk membangun pabrik pembuatan pesawat tak berawak di timur Moskwa saat Kremlin berupaya mengunci pasokan persenjataan untuk invasi berkelanjutannya ke Ukraina. Hal ini jadi temuan intelijen AS yang dirilis oleh Gedung Putih pada Jumat 9/6/2023. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan pejabat intelijen AS yakin pabrik di zona ekonomi khusus Alabuga Rusia dapat beroperasi awal tahun juga Rusia Tiru Taktik Iran untuk Hindari Sanksi Barat Dilansir dari Associated Press, Gedung Putih juga merilis citra satelit yang diambil pada bulan April dari lokasi industri, beberapa ratus mil di timur Moskwa. di mana diyakini pabrik itu mungkin akan dibangun. Pemerintahan Presiden Joe Biden secara terbuka menyatakan pada bulan Desember bahwa pihaknya yakin Teheran dan Moskwa sedang mempertimbangkan untuk membangun jalur perakitan drone di Rusia untuk perang bukti yang menunjukkan bahwa proyek tersebut, di wilayah Yelabuga di Tatarstan, telah melampaui konsepsi. Iran mengatakan telah menyediakan drone ke Rusia sebelum dimulainya perang, tetapi tidak saat perang. Kirby mengatakan bahwa para pejabat AS juga telah menetapkan bahwa Iran terus memasok militer Rusia dengan drone serang satu arah. Drone dikirim melalui Laut Kaspia, dari Amirabad di Iran ke Makhachkala, Rusia, dan kemudian digunakan oleh pasukan Rusia melawan Ukraina. Pada Mei, Rusia telah menerima ratusan drone serang satu arah, serta peralatan terkait produksi drone, dari Iran, menurut Gedung Putih. Baca juga Iran Klaim Ciptakan Rudal Hipersonik 15 Kali Lipat Kecepatan Suara ArticlePDF Available Abstract and FiguresPabrik Kelapa Sawit Sungai Rungau Mill mempunyai bahan bakar biomassa yang sangat melimpah. Akan tetapi penggunaan sumber bahan bakar ini harus dioptimalkan agar performa pabrik dapat berjalan dengan baik dengan cara mengkaji kebutuhan energi secara aktual. Jumlah dan komposisi bahan bakar yang digunakan harus diperhatikan sesuai dengan kebutuhan. Kelebihan atau kekurangan bahan bakar dapat menyebabkan terjadinya penurunan tekanan dan komposisi yang tidak tepat yang akan menyebabkan perambatan panas yang kurang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kebutuhan dan komposisi bahan bakar yang sesuai dengan energi yang dibutuhkan untuk proses produksi kelapa sawit. Pabrik Kelapa Sawit Sungai Rungau Mill mempunyai sistem pembangkit uap yang mengubah air menjadi steam untuk menggerakan turbin uap dengan bahan bakar serabut dan cangkang hasil dari proses produksi tandan buah segar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran langsung di Pabrik Kelapa Sawit Sungai Rungau Mill dengan berbagai instrumen dan peralatan yang ada. Dari proses produksi tandan buah segar dengan kapasitas 82,3 ton/jam diperoleh serabut dan cangkang masing-masing sebanyak 11,36 ton/jam dan 4,73 ton/jam. Kemudian bahan bakar tersebut dipakai untuk boiler dengan jumlah serabut 10,60 ton sedangkan cangkang 2,73 ton dengan persentase 79,49 % serabut dan 20,51 % cangkang. Selanjutnya pembakaran dalam boiler menghasilkan steam dengan jumlah 43,2 ton/jam yang digunakan untuk menggerakan turbin sehingga menghasilkan daya listrik sebesar 1475 kWh. Content may be subject to copyright. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Tersedia online di Journal of Applied Science, Vol. I, No. 1 2019 042–049 42 Analisis Kebutuhan Energi Pabrik Kelapa Sawit Sungai Rungau Mill Lia Laila 1, M. Yusuf Qoderi 2 1. Teknologi Pengolahan Sawit, Fakultas Vokasi, Institut Teknologi Sains Bandung, Bekasi, Indonesia 2. Teknologi Pengolahan Sawit, Fakultas Vokasi, Institut Teknologi Sains Bandung, Bekasi, Indonesia Abstrak Pabrik Kelapa Sawit Sungai Rungau Mill mempunyai bahan bakar biomassa yang sangat melimpah. Akan tetapi penggunaan sumber bahan bakar ini harus dioptimalkan agar performa pabrik dapat berjalan dengan baik dengan cara mengkaji kebutuhan energi secara aktual. Jumlah dan komposisi bahan bakar yang digunakan harus diperhatikan sesuai dengan kebutuhan. Kelebihan atau kekurangan bahan bakar dapat menyebabkan terjadinya penurunan tekanan dan komposisi yang tidak tepat yang akan menyebabkan perambatan panas yang kurang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kebutuhan dan komposisi bahan bakar yang sesuai dengan energi yang dibutuhkan untuk proses produksi kelapa sawit. Pabrik Kelapa Sawit Sungai Rungau Mill mempunyai sistem pembangkit uap yang mengubah air menjadi steam untuk menggerakan turbin uap dengan bahan bakar serabut dan cangkang hasil dari proses produksi tandan buah segar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran langsung di Pabrik Kelapa Sawit Sungai Rungau Mill dengan berbagai instrumen dan peralatan yang ada. Dari proses produksi tandan buah segar dengan kapasitas 82,3 ton/jam diperoleh serabut dan cangkang masing-masing sebanyak 11,36 ton/jam dan 4,73 ton/jam. Kemudian bahan bakar tersebut dipakai untuk boiler dengan jumlah serabut 10,60 ton sedangkan cangkang 2,73 ton dengan persentase 79,49 % serabut dan 20,51 % cangkang. Selanjutnya pembakaran dalam boiler menghasilkan steam dengan jumlah 43,2 ton/jam yang digunakan untuk menggerakan turbin sehingga menghasilkan daya listrik sebesar 1475 kWh. Kata-kunci bahan bakar, boiler, energi, steam 1. PENDAHULUAN Pabrik Kelapa Sawit Sungai Rungau Mill mempunyai bahan bakar biomassa yang sangat melimpah. Akan tetapi penggunaan sumber bahan bakar ini harus dioptimalkan agar performa pabrik dapat berjalan dengan baik dengan cara mengkaji kebutuhan energi secara aktual. Jumlah dan komposisi bahan bakar yang digunakan harus diperhatikan sesuai dengan kebutuhan. Kelebihan atau kekurangan bahan bakar dapat menyebabkan terjadinya penurunan tekanan dan komposisi yang tidak tepat yang akan menyebabkan perambatan panas yang kurang baik 3. Lia Laila / Journal of Applied Science, Vol. I, No. 1 2019 042–049 43 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah 1. Menghitung ketersediaan dan kebutuhan energi di Pabrik Kelapa Sawit Sungai Rungau Mill secara aktual, 2. Menghitung persentase bahan bakar yaitu serabut dan cangkang, 3. Menghitung bahan bakar cangkang yang dapat dihemat karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Kajian Pustaka Siklus rankine Siklus rankine adalah siklus teoritis yang mendasari siklus kerja dari suatu pembangkit daya uap. Siklus rankine sederhana dapat dilihat pada Gambar 1. 1 a b Gambar 1. a. Komponen-komponen siklus rankine, b. Siklus rankine sederhana 1 Siklus rankine ideal memiliki tahapan proses sebagai berikut − 1-2 isentropic compression in pump − 2-3 constant pressure heat addition in boiler − 3-4 isentropic expansion in turbine − 4-1 constant pressure heat rejection in condenser Boiler Boiler, kondensor dan evaporator mempunyai tujuan utama memindahkan masa dari atau ke medium yang mengalir secara tunak. Untuk mengubah fluida dari fase cair jenuh menjadi uap jenuh diperlukan kalor. Pembakaran akan melepas sejumlah besar kalor dan diserap oleh zat kerja sehingga suhu dan entalpi zat kerja akan meningkat. Diandaikan bahwa perbedaan energi kinetik air masuk dan uap yang keluar dapat diabaikan. Proses terjadi pada tekanan konstan karena pada boiler tidak ada bagian yang berpindah, maka tidak ada usaha yang dilakukan 2. Gambar 2. Skematik boiler 2. Lia Laila / Journal of Applied Science, Vol. I, No. 1 2019 042–049 44 Karena h2 > h1 maka energi akan berharga positif yang menunjukan bahwa energi masuk ke sistem dari bahan bakar dan diserap oleh zat kerja. Q = ṁ h2 – h1 1 Untuk aliran tunak, ṁ1 = ṁ2 = ṁ 2 Bahan Bakar Pabrik Kelapa Sawit mempunyai sumber bahan bakar serabut dan cangkang yang berasal dari proses produksi kelapa sawit itu sendiri. Gambar 3 menunjukan bentuk serabut dan cangkang yang ada di pabrik kelapa sawit. Gambar 3. A cangkang, B serabut 3. Apabila pemakaian cangkang terlalu banyak daripada serabut akan menghambat proses pembakaran akibat penumpukan arang dan nyala api kurang sempurna, dan jika cangkang digunakan sedikit, panas yang dihasilkan akan rendah, karena cangkang apabila dibakar akan mengeluarkan panas yang besar. Panas yang dihasilkan serabut jumlahnya lebih kecil dari yang dihasilkan oleh cangkang, oleh karena itu perbandingan lebih besar serabut daripada cangkang. Disamping serabut lebih cepat habis menjadi abu apabila dibakar, pemakaian serabut yang berlebihan akan berdampak buruk pada proses pembakaran karena dapat menghambat proses perambatan panas pada pipa water wall, akibat abu hasil pembakaran berterbangan dalam ruang dapur dan menutupi pipa water wall, di samping mempersulit pembuangan dari pintu ekspansion door pintu keluar untuk abu dan arang akibat terjadinya penumpukan yang berlebihan. Nilai kalor serabut dan cangkang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Bahan bakar dan energi 4. Sedangkan jumlah serabut dan cangkang dari proses produksi PKS dengan TPH 80 ton/jam dapat dilihat pada Tabel 2. Lia Laila / Journal of Applied Science, Vol. I, No. 1 2019 042–049 45 Tabel 2. Bahan bakar dan energi 4. 2. METODE Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menghitung jumlah dan persentase bahan bakar aktual Pabrik Kelapa Sawit Sungai Rungau Mill. Tempat pengujiannya adalah fuel distributing conveyor & retrival conveyor. Alat dan bahan yang harus dipersiapkan adalah timbangan, karung plastik, sekop, stopwacth, dan timbangan analitik. Gambar 4 adalah metode untuk menghitung jumlah bahan bakar yang masuk ke boiler. a b Gambar 4. a Flowchart pengujian jumlah bahan bakar, b Flowchart pengujian komposisi bahan bakar Ambil bahan bakar dari W1 Aduk bahan bakar sampai merata Pisahkan serabut dan cangkang secara manual Jatuhkan bahan bakar pada lantai Tampung bahan bakar dalam karung plastik Buka chute retrival conveyor selama 5 detik Tampung bahan bakar dengan karung plastik Hitung jumlah bahan bakar yang masuk ke boiler W1-W2 Buka chute fuel distributing conveyor selama 5 detik Lia Laila / Journal of Applied Science, Vol. I, No. 1 2019 042–049 46 3. PEMBAHASAN DAN DISKUSI Hasil Pengujian Bahan Bakar Dari hasil pengujian jumlah bahan bakar serabut dan cangkang yang tersedia adalah 14,3 ton dan yang terpakai adalah 13,3 ton seperti ditunjukkan pada Tabel 3, sedangkan nilai kalor dari serabut dan cangkang dan persentase bahan bakar berturut-turut disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 3. Hasil pengujian jumlah bahan bakar Keterangan W1 Berat bahan bakar sebelum masuk boiler W2 Sisa bahan bakar W1-W2 Bahan bakar yang masuk ke boiler Tabel 4. Nilai Kalor Serabut dan Cangkang Tabel 5. Komposisi Bahan Bakar Serabut dan Cangkang Lia Laila / Journal of Applied Science, Vol. I, No. 1 2019 042–049 47 Kebutuhan Energi Energi yang dibutuhakan untuk membangkitkan uap di boiler PKS Sungai Rungau Mill dapat dihitung dengan diagram T-S pada Gambar 5. Gambar 5. Diagram T-S Boiler SRUM Keterangan h1 Adalah kondisi di mana air berada dalam deaerator pada tekanan 1 barg dengan temperatur 100 . h2 Kondisi air baru masuk ke boiler pada tekanan 20 barg namun temperatur masih 100 . h3 Semua air yang ada telah berubah menjadi uap pada tekanan 20 barg dan temperatur 213 . h4 Kondisi di mana uap panas telah di ekspansikan oleh turbin sehingga temperatur dan entalphi nya menurun. Lia Laila / Journal of Applied Science, Vol. I, No. 1 2019 042–049 48 Dari Gambar 5 tentang diagram T-S maka diperoleh rumus untuk mengitung jumlah panas yang diperlukan untuk menguapkan sejumlah air dalam boiler Pabrik Kelapa Sawit Sungai Rungai Mill adalah Nilai h  ṁair x h3-h2 1 kg x 2799- 421kJ/kg 2378 kJ 3 a. Energi untuk menghasilkan steam 43,2 ton/jam Qout Quap/kg x 43200 kg/jam 2378 kJ/kg x 43200 kg/jam kJ/jam 4 b. Energi masuk Qin Qfiber x ṁfiber + Qshell x ṁshell 11027 kJ/kg x 10600,09 kg + 17167 kJ/kg x 2735,03 kg + kJ/jam 5 c. Effesiensi Termal  x 100%  x 100% 62,7 % 6 4. KESIMPULAN Dengan efesiensi termal 62,7 % untuk boiler PKS Sungai Rungau Mill dan specific steam consumption SSC turbin shinko PKS Sungai Rungau Mill maka diperoleh − Bahan bakar yang tersedia dan terpakai di Pabrik Kelapa Sawit Sungai Rungau Mill dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Pengukuran Beban Daya Sedangkan kebutuhan energi Pabrik Kelapa Sawit Sungai Rungau Mill dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kebutuhan Energi PKS Sungai Rungau Mill − Komposisi bahan bakar adalah 79,49% serabut dan 20,51% cangkang − Pada kondisi normal sisa cangkang adalah 2286 kg/jam Lia Laila / Journal of Applied Science, Vol. I, No. 1 2019 042–049 49 5. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pimpinan Pabrik Kelapa Sawit Sungai Rungau PT Smart Tbk yang telah membantu kami dalam penyelesaian penelitian ini. 6. DAFTAR PUSTAKA 1 Michael J. Moran, Howard N. Shapiro, Bruce R. Munson, David P. DeWitt. 2002. Introduction to Thermal System Engineering Thermodynamics, Fuid Mechanics, and Heat Transfer. United States of America John Wiley & Sons, Inc. 2 Reynold, C,R, Perkins, H, C terjemahan oleh harahap, F , 1994. Termodinamika Teknik”, Jakarta Erlangga. 3 Basiron Sukaimi, Ngan , Darus, Yusof, 2014 Palm Oil Research Institute of Malaysia. 4 Hariadi, Budi. 2017. Materi Pembekalan Magang. Dipresentasikan pada tanggal 3 Maret 2017. Bekasi. ... The fuel used in the boiler is fiber, if the required steam is substantial, the factory will add a shell for boiler fuel hence the boiler pressure increases. Fiber and shells are sustainable by-products of palm oil mills hence the more fuel is needed, the more FFB is needed Laila and Qodori, 2019. If the resulting pressure exceeds the desired steam demand, it can cause steam losses which result in losses and will increase the production value. ...... Fiber saving is not mentioned due to insufficient fiber to meet the required fuel requirements -298 kg/hour, to cover the insufficient fuel, excess fuel shell can be used. According to Laila and Qodori 2019, if there is a shortage of fuel to improve boiler performance, the fuel can be obtained from other fuels such as shells. In Figure 6 and 7 above, presented the calculation results of potential fuel savings and IDR value based on variations in the intake water temperature, and the lowest of 60% boiler efficiency was at a temperature variation of 105 o C with a value of kg/hour and fuel composition of 1 3 shell fiber. ...... Fiber saving is not mentioned because the available fiber is not sufficient for the required fuel -923 kg/hour, to cover the insufficient fuel, excess fuel shell is used. According to Laila and Qodori 2019, if there is a shortage of fuel to improve boiler performance, the fuel can be obtained from other fuels such as shells. In Figure 8 and 9, it can be seen that the calculation results of potential fuel savings and the IDR value based on variations in the intake water temperature and the lowest of 80% boiler efficiency of the palm oil mill are at a temperature variation of 105 o C with a value of 4,231 kg/hour and fuel composition of 1 3 shell fiber.Shell savings are 952 kg/hour with a value of IDR 714,251 per hour, while for fiber are 427 kg/hour with IDR 106,751 per hour in which the ideal fuel ratio is 25% 75% shell fiber.The highest fuel-used is at a temperature of 85 o C with a value of 4,373 kg/hour with a ratio of 1 3 shell fiber. ...Zulham Effendi Siti nur AisyahRionaldo HastyandaSeveral factors that affect the use of fuel in boilers are combustion efficiency, quality of feed water management, calorific value, and the potential for available fuel from oil palm varieties. The purpose of this research is to identify the use of fuel and its potential savings based on variations in boiler efficiency and water temperature that entered the boiler. The materials used in this research are FFB mass balance data and boiler fuel composition. Based on the analysis results, the lowest used fuel mass and the highest fuel savings are found in the DxPLangkat variety with an intake water temperature of 105o C and 80% boiler efficiency. The use of fuel is 4,231 kg/hour with shell savings of 967 kg/hour with a value of IDR 725,701. Fiber savings was 487 kg/hour with a value of IDR 121, highest used fuel mass and the lowest fuel savings were found in the Yangambi derivative variety with an intake water temperature of 85o C and 60% boiler fuel consumption is 5,830 kg/hour with shell savings totalling -380 kg/hour. There is no fiber analysis because it is used up hence additional fuel is needed. Additional fuel can be done by asking for other palm oil mill units or buying. If they buy a shell with a requirement of 380 kg/hour, the funds required are IDR 284, to Thermal System Engineering Thermodynamics, Fuid Mechanics, and Heat TransferMichael J MoranHoward N ShapiroBruce R MunsonDavid P DewittMichael J. Moran, Howard N. Shapiro, Bruce R. Munson, David P. DeWitt. 2002. Introduction to Thermal System Engineering Thermodynamics, Fuid Mechanics, and Heat Transfer. United States of America John Wiley & Sons, ReynoldR PerkinsC Terjemahan Oleh HarahapReynold, C,R, Perkins, H, C terjemahan oleh harahap, F, 1994. Termodinamika Teknik", Jakarta Pembekalan Magang. Dipresentasikan pada tanggal 3 MaretBudi HariadiHariadi, Budi. 2017. Materi Pembekalan Magang. Dipresentasikan pada tanggal 3 Maret 2017. Bekasi. Abstrak Industri tekstil memiliki peranan yang sangat penting di dunia ini karena produk yang dihasilkannya merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Industri tekstil dan pakaian merupakan industri yang luas dan beragam yang mencakup berbagai aktivitas, mulai dari transformasi bahan baku menjadi serat, benang dan kain hingga produksi berbagai jenis barang seperti tekstil sintesis berteknologi tinggi, benang wol, sprei, saringan untuk industri, geotekstil, serta pakaian jadi. Namun, dari setiap proses yang berlangsung dalam industri tekstil ini menghasilkan limbah yang dapat membahayakan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, pengolahan dari limbah tekstil ini wajib dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar. Pada makalah ini akan dijelaskan kontribusi teknologi membran untuk pengolahan limbah tekstil dan pengolahan kembali bahan baku yang tersisa hasil proses industri tekstil. Pengolahan kembali limbah tekstil ini dapat dilakukan dengan proses teknik membran seperti ultrafiltrasi dan nanofiltrasi. Kelebihan dan kekurangan dari setiap proses berbasis membran tersebut juga telah dijelaskan dengan baik pada jurnal ini. Berbagai macam ilustrasi transportasi membran untuk proses pengolahan limbah tekstil ini juga terdapat pada makalah ini. Selain itu, kebutuhan ekonomi untuk proses pengolahan limbah dengan teknologi membran ini juga sudah dibahas. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Pengolahan Limbah Tekstil dengan Teknologi Membran Kevino Teknik Kimia, ITB, Jalan Ganesa No. 10, Bandung, Indonesia kevinohsn Abstrak Industri tekstil memiliki peranan yang sangat penting di dunia ini karena produk yang dihasilkannya merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Industri tekstil dan pakaian merupakan industri yang luas dan beragam yang mencakup berbagai aktivitas, mulai dari transformasi bahan baku menjadi serat, benang dan kain hingga produksi berbagai jenis barang seperti tekstil sintesis berteknologi tinggi, benang wol, sprei, saringan untuk industri, geotekstil, serta pakaian jadi. Namun, dari setiap proses yang berlangsung dalam industri tekstil ini menghasilkan limbah yang dapat membahayakan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, pengolahan dari limbah tekstil ini wajib dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar. Pada makalah ini akan dijelaskan kontribusi teknologi membran untuk pengolahan limbah tekstil dan pengolahan kembali bahan baku yang tersisa hasil proses industri tekstil. Pengolahan kembali limbah tekstil ini dapat dilakukan dengan proses teknik membran seperti ultrafiltrasi dan nanofiltrasi. Kelebihan dan kekurangan dari setiap proses berbasis membran tersebut juga telah dijelaskan dengan baik pada jurnal ini. Berbagai macam ilustrasi transportasi membran untuk proses pengolahan limbah tekstil ini juga terdapat pada makalah ini. Selain itu, kebutuhan ekonomi untuk proses pengolahan limbah dengan teknologi membran ini juga sudah dibahas. Kata kunci tekstil, air, limbah, membran, pengolahan limbah 1. Pendahuluan. Pada era sekarang ini dunia menjadi saksi akan revolusi ekonomi sosial dari berbagai macam jenis perindustrian. Namun, kemajuan industri ini tidak seimbang antara proses yang terdapat dalam industri tersebut dengan limbah yang dihasilkan sehingga terjadi pencemaran lingkungan yang sangat berbahaya untuk kelestariannya. Salah satu industri terbesar didunia adalah industri tekstil. Dalam proses yang berlangsung dalam industri tekstil ini banyak digunakan air, pewarna, dan juga bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menghasilkan produk tekstil. Oleh karena digunakannya bahan-bahan tersebut makan dari hasil akhir proses ini banyak dihasilkan limbah yang tidak bisa digunakan lebih lanjut. Limbah tekstil ini akan sangat berbahaya bagi lingkungan apabila dibuang begitu saja tanpa diolah terlebih dahulu. Limbah tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan sebuah bahan tekstil. Limbah dan emisi merupakan non product output dari kegiatan industri tekstil. Khusus industri tekstil yang di dalam proses produksinya mempunyai unit Finishing- Pewarnaan dyeing mempunyai potensi sebagai penyebab pencemaran air dengan kandungan amoniak yang tinggi. Air limbah pabrik tekstil rata-rata mengandung pewarna, Chemical oxygen demand, bahan-bahan kimia berbahaya, asam, garam anorganik, dan kandungan amoniak yang tinggi Verma dkk, 2012. Dari berbagai macam bahan yang terkandung dalam limbah tekstil ini, limbah zat pewarna tekstil merupakan limbah yang paling membahayakan dan yang menjadi sumber dari kontaminasi. Apabila limbah ini dibuang secara sembarang dan bercampur dengan air bersih. Hal ini bisa menyebabkan terkontaminasinya air bersih tersebut sehingga mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya serta penurunan kadar oksigen Duarte dkk, 2013; Wang dkk, 2009. Selain itu limbah pabrik tekstil ini juga sangat beracun untuk kehidupan flora dan fauna yang ikut menggunakan air yang sudah terkontaminasi tersebut Wang dkk, 2009. 2 Bahaya terbesar untuk kelestarian lingkungan ditimbulkan oleh jumlah konsumsi air sebagai bahan utama yang sangat banyak digunakan pada industri tekstil, yang mengakibatkan menipisnya persediaan air bersih yang tersedia. Pertumbuhan industri yang semakin signifikan akan menyebabkan penggunaan air besih yang semakin banyak pula sehingga dapat mengurangi persediaan air Parvathi dkk, 2009. Hal ini mendorong para peneliti untuk mengembangkan teknologi untuk mengolah air limbah industri tekstil agar tidak terlalu berbahaya. Tujuan utama dari hal ini adalah untuk merancang dan mengembangkan teknologi untuk pengolahan air limbah industri tekstil yang ramah lingkungan, hemat biaya , dan juga dapat mengurangi berbagai kontaminan yang terdapat dalam limbah tekstil industri, agar limbah tersebut layak untuk dibuang sehingga tidak mencemari lingkungan. Pengolahan limbah ini juga harus diiringi dengan reklamasi air yang digunakan dalam proses industri tekstil, hal ini sangat penting dilakukan untuk pembangunan kedepannya di sector industri dan Negara secara keseluruhan Berbagai teknik untuk pengolahan dan pengobatan untuk mengurangi kontaminan dari air limbah tekstil telah banyak dilakukan, baik dengan cara konvensional maupun sekarang ini banyak dengan menggunakan proses rekayasa dengan menggunakan teknologi. Namun, banyak dari metode yang digunakan ini masih mempunyai banyak kekurangan. Contohnya, proses pengolahan secara biologis seperti system lumpur aktif Lotito dkk, 2011 atau pengolahan limbah tekstil anaerobic dengan proses bioremediasi Turgay dkk, 2011 memiliki kekurangan fleksibilitas. Hal ini disebabkan karena kandungan biologis yang terdapat dalam air limbah yang membuatnya untuk terus beregenerasi dalam limbah sehingga terjadi variasi pH air limbah, suhu, konsentrasi di air limbah tekstil yang terus berubah-ubah. Selain itu, metode pengobatan biologis ini tidak membawa lengkap kontaminan pada zat pewarna. Karena hal ini limbah yang dibuang masih sering terganggu oleh kemampuan dari kontaminan biologis untuk melakukan regenerasi konstituen organik pada pewarna tekstil. Teknologi pengolahan limbah dengan cara adsorpsi masih belum banyak dimanfaatkan karena keterbatasan yang ditimbulkan dari terbatasnya jumlah adsorben untuk pengolahan ini. Adsorben yang digunakan juga tidak bisa untuk diregenerasi kembali sehingga akan mengakibatkan butuhnya biaya yang tinggi untuk adsorben serta biaya pemeliharaan yang tinggi Robinson dkk, 2001. Proses lainnya seperti proses ozonisasi tidak murah secara ekonomis dan juga proses ozonisasi ini memiliki kekurangan karena mempunyai waktu paruh yang singkat Ong dkk, 2014. Adapun bahan kimia yang diganakan dalam proses operasi pengolahan limbah seperti koagulasi dan klorinasi tidak hanya meningkatkan biaya pengolahan, tetapi juga cenderung untuk menghasilkan produk dan residu dalam jumlah yang besar. Hal ini dapat menyebabkan residu yang dihasilkan berkembang menjadi sumber polutan sekunder yang juga dapat mencemari lingkungan Kelemahan-kelemahan dari metode-metode tersebut dapat diatasi dengan proses pengolahan limbah industri tekstil dengan menggunakan membran yang didasarkan pada proses membran mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, nanofiltrasi, reverse osmosis yang dapat menguntungkan untuk pengolahan limbah tersebut Dutta, 2007. Meningkatnya regulasi tentang penyediaan,pengelolahan air limbah yang lebih baik, meningkatkan kebutuhan air, desakan pasar untuk pengembangan dan komersialisasi teknologi membran , serta biaya teknologi membran yang terus menurun akibat pengembangan intesif teknologi membran, menjadi factor-faktor yang mendorong penggunaan membran dalam pengolahan air limbah Wenten dkk, 2014. Teknologi membran terkenal sebagai teknologi yang bersih dan ramah lingkungan. Teknologi membran yang relatif sederhana, penyediaan desain modular untuk menangai 3 volume limbah industri skala besar, tidak digunakannya zat aditif merupakan beberapa keuntungan dari pengolahan limbah industri tekstil dengan teknologi membran. Selain itu, tidak ada limbah dengan produk atau polutan sekunder yang dihasilkan. Keuntungan-keuntungan ini yang membuat semakin banyak minat untuk pengolahan limbah industri tekstil dengan teknologi membran. Namun, kelemahan utama dari teknologi membran ini adalah fouling membran Van der Bruggen dkk, 2008. Adapun pencegahan fouling membran dan pengurangan biaya penggantian membran dapat dilakukan dengan cara pembersihan membran yang dilakukan secara teratur dan pemilihan teknik filtrasi yang sesuai dengan karakteristik aliran limbah tekstil. Pengolahan limbah dengan membran juga telah dibuktikan membutuhkan biaya yang relative hemat daripada proses lainnya. Membran saat ini dipandang sebagai teknologi yang maju dan pilihan ekonomis yang menguntungkan untuk perawatan limbah industri tekstil. Pada tulisan ini akan dibahas mengenai keberhasilan dari beberapa proses penyaringan membran dalam pengolahan limbah industri tekstil untuk mengurangi kontamin yang terdapat dalam limbah. Disini juga akan dibahas proses-proses berbasis membran yang digunakan untuk pengolahan limbah serta solusi untuk masalah yang terdapat pada teknologi membran untuk pengolahan limbah industri tekstil 2. Karakteristik air limbah industri tekstil Teknik pengolahan yang digunakan pada berbagai pabrik tekstil secara umum dibagi menjadi dua yaitu pengolahan basah dan pengolahan kering Verma dkk, 2012. Sesuai dengan sifat-sifat limbah yang dihasilkan, limbah yang dihasilkan dari pabrik tekstil pada pengolahan basah sangat bervariasi dalam komposisi dan kandungan bahan kimia beracun. Hal ini tergantung dari bahan baku utama untuk membuat produk tekstil tersebut. Pada tahap pengolahan ini, mesin-mesin dan peralatan yang digunakan, air yang digunakan untuk proses pengolahan seluruhnya dipantau untuk penggunaan airnya. Sedangkan, pada proses pengolahan kering, limbah yang dihasilkan merupakan limbah padat. Industri tekstil merupakan industri yang menggunakan air sebagai bahan utamanya. Air banyak digunakan untuk membersihkan bahan baku dan untuk proses yang membutuhkan pembilasan seperti pemutihan, pencelupan, pencucian, netralisasi, desizing, dan mercerizing merupakan proses dalam pembuatan tekstil yang banyak menggunakan air. Namun seperti yang telah disebutkan sebelumnya, konsumsi air bervariasi tergantung dengan masing-masing proses. Misalnya proses operasi tertentu seperti pencelupan dan mencuci memerlukan air yang leibh banyak dibanding proses yang lainnya. Hal lainnya yang mempengaruhi penggunaan air adalah pemilihan bahan baku. Bahan baku seperti wol akan mengkonsumsi air lebih banyak dari serat sintetis agar bisa diproses lebih lanjut. Selain itu, peralatan yang berbeda-beda juga memiliki kebutuhan air sesuai dengan kebutuhan alat tersebut. Misalnya, hank machines dan dyeing machines adalah peralatan dengan penggunaan air terbesar, dengan konsumsi air mulai dari 0,02-0,03 m3 / kg Volmajer Valh dkk, 2011. Oleh karena itu, komposisi dan karakteristik dari limbah tekstil yang dibuang sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Faktor ini meliputi jenis dan dosis bahan baku yang digunakan, komposisi serta dalam efek ekotoksikologi darilimbah tekstil dibuang dari sumber bervariasi dapat dikaitkan dengan sejumlah faktor. Parameter ini meliputi jenis dan dosis yang diatur oleh para ahli di setiap pabrik sehingga didapatkan kualitas akhir produk tekstil sesuai yang diinginkan oleh industri tekstil tersebut. Limbah air pada industri tekstil Limbah air dari industri tekstil berasal dari air yang digunakan untuk proses pembuatan tekstil, air pembersih, air pendingin, dan stormwater Verma dkk, 2012. 4 Limbah air dari industri tekstil ini banyak dihasilkan juga dari tahap-tahap proses pengolahan tekstil. Komposisi dan karakteristik dari limbah air sangat bervariasi yang di sebabkan oleh sejumlah faktor. Sifat fisik dan kimia dari pewarna yang digunakan dapat mempengaruhi hasil limbah air. Hal lain yang bisa mepengaruhi limbah yaitu seperti generator dalam proses pembuatan tekstil. Misalnya, generator yang bervolume besar dapat mencakup proses pencucian dari persiapan dan pewarnaan. Limbah yang dihasilkan dari generator ini akan mengandung banyak residu pewarna, garam, asam, dan zat aditif berbahya lainnya yang terkandung dalam limbah. Tahapan-tahapan proses ini juga dapat mengakibatkan meningkatknya kerusakan untuk biochemical oxygen demand BOD, chemical oxygen demand COD, total dissolved solids TDS and total suspended solids TSS. Selain itu sisa bahan kimia yang terdapat pada tempat pembuangan seperti pelumas, reside insektisida, pectin, lilin, disinfektan, deterjen merupakan sumber utama dari kandungan berbahaya pada limbah air yang dihasilkan. Pada umumnya proses desizing menyumbang sekitar 50% dari seluruh air limbah tekstil yang dihasilkan Babu dkk, 2007; Volmajer Valh dkk, 2011. 3. Pengolahan limbah tekstil Pemilihan teknologi membran yang baik untuk pengolahan limbah bergantung pada bahan dari membran yang digunakan. Bahan membran ini memiliki sifat-sifat khusus baik dari sifat fisik, kimia, ketahanan terhadap panas, mekanik, dan juga kerentanan membran untuk fouling. Hal lain yang juga penting untuk diperhatikan yaitu ukuran pori membran yang menentukan zat yang bisa melewati membran tersebut dan kemampuannya untuk tidak tersumbat merupakan hal yang perlu diperhatikan. Pemilihan membran ini juga bergantung pada aliran umpan limbah dan bahan kimia lainnya yang berkontak langsung dengan membran. Gambar 1. Skema pengolahan bahan dasar tekstil Sumber 5 Oleh karena itu, pengolahan konsentrat harus diperhatikan dalam hal biaya, energy, efesiensi, dan keramah lingkungan sebelum residu dari membran dibuang ke lingkungan Chelme-Ayala dkk, 2009. Misalnya, pembuangan langsung konsentrat dari hasil pengolahan proses membran nanofiltrasi dan reverse osmosis akan menghasilkan residu yang tidak ramah lingkungan, karena terdiri dari unsur organtik seperti pewarna dan aditif , komponen garam. Penggunaan kembali aliran limbah yang sangat bewarna ini juga tidak mungkin. Kasus degradasi anaerobik digunakan dalam hubungan dengan membran proses berdasarkan bisa menjadi pilihan yang layak. Mengingat kurangya fleksibilitas dari dari teknik-teknik pengolahan limbah biologi, membran distilasi MD dari nanofiltrasi dan reverse osmosis konsentrat diikuti oleh pembakaran MD dipandang sebagai skenario yang paling menjanjikan, karena terkait keuntungan / biaya yang cukup tinggi. Aplikasi membran untuk menggantikan klarifier sekunder dalam system lumpur aktif konvensional menghasilkan system pengolahan limbah yang mememrlukan area pengolahan yang lebih sempit dengan kualitas keluaran yang sangat baik Wenten dkk, 2014 MD distilat ini digunakan kembali dalam proses finishing, sedangkan penambahan nilai dari pemulihan energi yang berasal dari proses pembakaran selanjutnya bergantung pada berbagai tahap pengolahan limbah tekstil berikutnya. Mikrofiltrasi Mikrofiltrasi memiliki keterbatasan untuk aplikasinya dalam pengolahan limbah air tekstil karena prosesnya memiliki kemiripan dengan proses filtrasi konvensional. Membran mikrofiltrasi biasanya memiliki ukuran pori disekitaran 0,1-10 µm Dutta, 2007. Pemisahan dengan mikrofiltrasi dilakukan pada beda tekan rendah sekitar 2 bar. Mikrofiltrasi terutama digunakan untuk penghapusan partikel suspensi dan pewarna membran mikrofiltrasi mengizinkan bahan kimia tambahan yang tidak dikonsumsi, terlarut polutan organik dan kontaminan terlarut lainnya untuk lolos dari permeat Juang dkk, 2013. Oleh karena itu, mikrofiltrasi jarang digunakan sendiri dalam teknik pengobatan untuk remediasi limbah industri yang kompleks. Karena itu, sebagian besar mikrofiltrasi digunakan sebagai langkah pre-treatment dalam sistem hybrid sehingga dapat melengkapi proses penyerta lainnya yang biasanya menargetkan pewarna dan polutan larut lainnya, Mikrofiltrasi banyak digunakan sebagai langkah pre-treatment sebelum masuk ke proses nanofiltrasi dalam pengolahan limbah air tekstil. Perbandingan untuk hasil pengolahan limbah dari cara konvensional seperti koagulasi/flokulasi dibandingkan dengan mikrofiltrasi/nanofiltrasi yang mempunyai faktor reduksi volume yang sama sekitar 8, menghasilkan bahwa permeat dari nanofiltrasi dengan pre-treatment akan terdapat hasil sebanyak 34 L/h m² , perolehan Gambar 2. Skema proses kerja mikrofiltrasi Sumber 6 ini lebih besar dari permeat yang didapatkan pada pengolahan dengan teknik koagulasi/flokulasi yang hasilnya sebanyak 14 L/h m². Tujuan dari dilakukannya semua hal ini adalah untuk menghasilkan metode pengolahan limbah air tekstil yang saling melengkapi satu sama lainnya untuk menghilangkan kandungan kontaminan dari limbah Ellouze dkk, 2012. Ultrafiltrasi Ultrafiltrasi merupakan proses membran yang umumnya digunakan untuk pemisahan makromolekul dan juga koloid dari larutannya. Zat terlarut yang dipertahankan biasanya memiliki berat molekul sekitar beberapa ribu DaltonsDutta, 2007. Proses membran ini banyak berhasil digunakan untuk mengolah kontaminan yang berasal dari limbah industri kimia, makanan, dan biofarmasi Wenten,2015 . Namun, proses ultrafiltrasi mempunyai keterbatasan dalam aplikasinya di industri tekstil, hal ini disebabkan oleh berat molekul dari pewarna yang terdapat pada tekstil jauh lebih rendah dari kemampuan pemisahan berat molecular dari membran ultrafiltrasi. Karena ini, pengurangan zat pewarna dari proses ultrafiltrasi sendiri biasanya tidak lebih dari 90% Ounia dan Dhahbi, 2010. Air yang didapatkan hasil pengolahan limbah dari ultrafiltrasi hanya bisa digunakan untuk proses samping atau proses yang kecil saja pada industri tekstil. Air yang diperoleh hasil pengolahan limbah tidak dapat memenuhi kualifikasi untuk digunakan pada proses utama dari pembuatan tekstil. Ultrafiltrasi digunakan sebagai pre-treatment untuk system yang menginginkan tingkat kemurnian yang tinggi, proses ini dilanjutkan oleh proses nanofiltrasi, reverse osmosis agar air hasil pengolahan limbah yang dihasilkan layak untuk digunakan kembali dengan kualitas yang baik Nanofiltrasi Secara karakteristik, proses membran secara nanofiltrasi terkletak ditempatkan di antara ultrafiltrasi dan reverse osmosis . Nanofiltrasi semakin populer untuk digunakan dalam pengolahan limbah industri tekstil karena manfaatnya yang sangat baik dalam hal pengurangan pencemaran lingkungan, pengurangan, pemulihan, dan penggunaan kembali pewarna tekstil, pengurangan bahan kimia berbahya, pemulihan dan penggunaan kembali air garam Selain itu, kualitas permeat yang dihasilkan dimungkinkan untuk penggunaan kembali air limbah yang digunakan undtuk bahan dalam dalam proses utama seperti pewarnaan dan finishing. Nanofiltrasi beroperasi pada relatif tekanan rendah, yang berkisar 500-1000 kPa; hal ini memungkinkan retensi rendah ion monovalen dan juga memungkinkan hampir 100% penolakan ion multivalent. Penolakan spesies di nanofiltrasi diatur kebanyakan oleh sterik dan kekuatan tolakan. Keuntungan lainnya dari menggunakan proses membran Gambar 3. Skema proses kerja Nanofiltrasi Sumber 7 nanofiltrasi yang termasuk permeabilitas pelarut yang tinggi, retensi zat terlarut bermuatan terlarut seperti molekul organik, dengan berat molekul yang lebih besar dari 150 Da, kemudahan pembersihan kimia dan kemampuan NF membran untuk menahan suhu tinggi, sampai sekitar 70 C, yang mengurangi energi yang dikonsumsi untuk memanaskan air segarSchafer dkk, 2005. Reverse osmosis RO adalah proses yang efektif dalam menghilangkan makromolekul serta ion dari limbah tekstil; limbah yang telah melalui proses pengolahan secara RO biasanya dihasilkan tanpa warna dan memiliki jumlah salinitas rendah. Namun, penggunaan membran polimer padat dan tekanan osmotik tinggi karena adanya konsentrasi garam yang tinggi sangat membatasi fluks permeat, dan pada saat fouling terjadi, hal ini mempengaruhi kinerja membran. Oleh karena itu, di RO, tekanan trans-membran lebih besar dari 2000 kPa diperlukan untuk mempertahankan proses pengolahan yang baik, sehingga kebutuhan ini akan mengakibatnya naiknya biaya ekonomi untuk proses ini Schafer dkk, 2009. Penilaian komparatif telah dilakukan untuk membandingkan efektivitas dari nanofiltrasi dan reverse osmosis dalam mengolah limbah tekstil bedasarkan evaluasi kualitas permeat yang diperoleh setiap proses, pengurangan COD dan BOD, dan konten salinasi. Tes ini dilakukan dengan menggunakan menggunakan BW30 reverse osmosis dan NF90 nanofiltrasi dengan berbagai rasio konsentrasi dan dalam kondisi hidrodinamik yang berbeda. Proses yang diperlakukan dalam kedua kasus, memenuhi kriteria reklamasi dan didapatkan air yang berkualitas baik untuk digunakan kembali yang dihasilkan masing-masing membran. Air daur ulang tersebut bisa digunakan kembali untuk proses tekstil seperti mencuci dan pewarnaan, sehingga menghemat air bersih dan juga energi yang digunakan Liu dkk, 2011. Percobaan lebih lanjut untuk membandingkan kinerja antara nanofiltrasi dan reverse osmosis yaitu dengan melakukan studi banding berdasarkan efisiensi penolakan NF dan RO modul. Didalamnya efektivitas spiral NF dan RO modul, yang merupakan pilot plant, dievaluasi dalam simulasi mengobati campuran limbah terkontaminasi dalam hal warna dan pengurangan garam Na2SO4 pada berbagai konsentrasi umpan dan tekanan umpan dengan menggunakan metil orange MO sebagai model senyawa pewarna Penolakan metil oranye diperoleh melalui RO 99,99% sedikit lebih tinggi daripada penolakan dibawa oleh NF 99%, sedangkan penurunan dalam fluks permeat mungkin bisa dikaitkan dengan polarisasi konsentrasi dan fouling membran. Selain itu, untuk kedua NF dan RO percobaan, tingkat penghapusan TDS, retensi natrium dan konduktivitas keseluruhan relatif sama dengan pewarna metil oranye Nataraj dkk, 2009. Elektrodialisis Elektrodialisis juga cukup banyak digunakan dalam industri tekstil untuk pengur. Jangan kontaminan dari limbah air tekstil. Elektrodialisis mempunyai ciri khas spesial dalam kemampuannya untuk mengolah limbah air tekstil. Proses ini sangat baik daya gunanya untuk menghilangkan kandungan klorida dari limbah tekstil. Karena dalam industri tekstil banyak digunakan natrium klorida yang dominan, sehingga proses ini bagus untuk diterapkan. Selain itu, elektrodialisis dengan membran bipolar baru-baru ini telah menarik minat banyak pabrik karena efesiensi energi yang tinggi dan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan proses membran reverse osmosis. Elektrodialisis ED juga dapat juga digunakan untuk mengurangi beban volume pada evaporator melalui konsentrasi yang dari limbah yang diperoleh dari proses reverse osmosis. Keefektifan proses membran elektrodialisis dalam mencapai konsentrasi yang diinginkan dari limbah reverse osmosis dapat mencapai 6 kali jumlah 8 garam yang dihasilkan oleh proses reverse osmosis Praneeth dkk, 2014. Pengolahan Air EDI atau continou selectrodeionization CEDI merupakan teknologi yang mulai berkembang pada akhir tahun 1950an dengan tujuan untuk meminimalisasi fenomena konsentrasi polarisasi yang ada pada system elektrodialisis .Ketika kompartemen dilute dikemas dengan material penukarion, kompartemen tersebut bertindak sebagai konduktor karena adanya gugus fungsi,yang berperan sebagai jembatan diantara membran penukar ion.Wenten,2015 Proses Integrasi Para peneliti mengklaim proses membran campuran akan sangat menguntungkan untuk pengolahan limbah kompleks seperti limbah tekstil, yang merupakan limbah sangat merugikan karena limbah tersebut sangat beranekaragam, dan adanya konstituen yang kompleks dan sulit diolah, seperti pewarna, garam dan bahan kimia tambahan Koltuniewicz dan Drioli, 2008. Penggunaan volume material bahan yang besar dan energi yang tinggi pada industri tekstil membuat munculnya teknologi pengolahan limbah tekstil berbasi membran campuran hybrid. Hal ini dilakukan untuk memastikan hasilnya akan ramah lingkungan, mengurangi pengeluaran energi, dan juga mengurangi kontaminan yang terkandung. Selektivitas dan efektivitas proses hibrid ini dapat cocok ditingkatkan dengan permutasi dan kombinasi dari teknik pengolahan yang saling melengkapi satu sama lainnya. Banyak percobaan yang telah dilakukan untuk merancang proses membran hybrid untuk pengolahan limbah, hal ini dilakukan dengan kombinasi dari proses pengolahan berbasis membran yang berbeda-beda. Contohnya, studi banding dilakukan antara NF langsung dan campuran proses UF dengan NF dilakukan untuk pengolahan limbah air tekstil Fersi dan Dhahbi, 2008. Hasil percobaan ini menunjukan keuntungan yang lebih dari proses integrasi UF dengan NF dibanding hanya NF saja. Retensi zat pewarna dari proses hibrid ini dapat mencapai lebih dari 95%, retensi garam terlarut dapat mencapai 80%, serta retensi ion bivalen dapat mencapai lebih dari 95% . Selain itu studi juga dilakukan untuk menggunakan UF sebagai proses pre-treatment yang kemuudian dilakukan nanofiltrasi dan reverse osmosis. Pada proses ini menghasilkan bahwa dengan proses hibrid ini akan menguntungkan karena terjadi penurunan fouling yang banyak pada membran nanofiltrasi. Intinya, proses integrasi ini dapat saling melengkapi antara kelebihan satu sama lain dari proses berbasis membran sehingga pengolahan limbah industri tekstil dapat berlangsung lebih baik Arnal dkk, 2008 Gambar 4. Unit RO dengan pre-treatment ekstensif Sumber Wenten dkk, 2014 9 4. Transportasi zat pada membran Proses pengolahan berbasis membran tidak lengkap tanpa diperhatikannya mekanisme yang mengatur transportasi zat terlarut melintasi membran dan permodelan komprehensif dari teknik berbasis membran. Simulasi dari berbagai kinerja proses berbasis membran merupakan hal yang sangat diperlukan untuk pemantauan zat yang melintasi membran Foley, 2013. Pada proses membran berbasis gaya dorong tekanan, masing-masing proses dapat dikelompokan bedasarkan ukuran pori, dimana ukuran pori MF>UF>NF>RO Wenten dkk, 2014. Perumusan yang akurat untuk model membran apapun untuk teknik pemisahan harus memperhatikan tiga masalah dasar untuk transportasi zat terlarut yang terdiri dari transfer pelarut dan zat terlarut yang menyertainya 1 dalam konsentrasi pada lapisan batas fase, 2 melalui pori membran, 3 dan yang terdapat di dalam pori-pori membran Banerjee dan De, 2010a; Dutta, 2007. Model perumusan yang menunjukkan mekanisme pengikatan pewarna ke polimer dinyatakan sebagai di mana Ka melambangkan disosiasi konstan untuk konversi dari bentuk terprotonasi dari monomer LH ke bentuk non-terprotonasi nya L dan K1 menunjukkan konstanta pembentukann kompleks untuk reaksi antara L dan molekul dye independen D yang menghasilka monomeredye kompleks LD. Pengaruh co-ion yang hadir pada retensi pewarna juga dihitung modelnya. Nilai-nilai dari berbagai parameter kinetik dihitung sesuai dengan data eksperimen yang dilakukan. Permodelan untuk hambatan dari model telah banyak digunakan untuk mengevaluasi penurunan fluks yang terjadi pada saat proses berbasis membran berlangsung. Hambatan ini akan berbeda-beda untuk setiap proses membran Fersi dkk, 2009. Model yang digunakan adalah dinyatakan sebagai di mana resistensi, Rm, yang bedasarkan bahan membran, ketahanan,Rcp, karena polarisasi konsentrasi, dan fouling membran,Rf adalah resistensi filtrasi yang mempengaruhi resistansi total filtrasi Rtot. Hambatan fouling, Rf dilihat sebagai penjumlahan dari hambatan reversibel RRF fouling dan hambatan ireversibel fouling Rif. 5. Evaluasi secara ekonomi untuk pengolahan limbah tekstil dengan proses berbasis membran Dalam dunia industri, salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah dari segi ekonomi proses yang dipilih. Oleh karena itu, sejumlah evaluasi dilakukan oleh berbagai ilmuwan untuk memastikan kelayakan ekonomi teknik berbasis membran untuk berkembang dalam idustri tekstilHe dkk, 2011; Ranganathan dkk, 2007; Van der Bruggen dkk, 2004.Sebuah evaluasi techno-economical dari ultrafiltrasi dan reverse osmosis untuk unit pengolahan air limbah berdasarkan skala pilot dilakukan oleh Ciardelli dkk, 2000 menggunakan limbah sekunder dari pewaranaan dan finishing ; limbah pada awalnya diolah dengan cara oksidasi lumpur aktif. Evaluasi ekonomi untuk ultrafiltrasi sebagai pre-treatment aliran limbah tekstil T juga dilakukan oleh Simonic 2009. Vergili dkk, 2012 menganalisis efektivitas dalam aspek tekno-ekonomi pengolahan air limbah tekstil melalui proses membran terintegrasi. Proses-proses ini terdiri dari gabungan proses ultrafiltrasi UF, nanofiltrasi longgar NF1, nanofiltrasi ketat NF2 dan reverse osmosis RO. Dilakukan analisis biaya untuk empat kombinasi yang berbeda, yaitu, UF / NF2 S I, NF1 / NF2 S II, NF1 / RO S III dan UF / NF2 / RO S IV dimana setiap skenario berikutnya dilanjutkan dengan proses distilasi membran MD . Parameter yang dievaluasi termasuk biaya modal dan operasional, pendapatan, 10 rasio keuntungan / biaya K/B. Kombinasi ketiga dan keempat merupakan kombinasi yang tidak efektif, karena pada hasil limbah setelah pengolahan masih terdapat abu dan NaCl yang harus didaur kembali. Biaya perawatan unit untuk skenario S I, S II, S III dan S IV adalah sebesar 1,37, 1,38, 2,16 dan 2,01 $ / m3 secara berturut-turut dan waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan kembali modal adalah dan tahun. Selain itu, rasio K / B 3,58 dan 3,55 untuk skenario S I dan S II masing-masing. Maka dari hasil ini, disarankan proses pengolahan limbah yang baik adalah dengan kombinasi S I dan S II dari sudut pandang teknologi dan ekonomi. Dengan demikian, penerapan pengolahan limbah tekstil dengan menggunakan proses berbasis membran banyak membawa keberhasilan untuk industri-industri tekstil dengan unsur keberlanjutan dari proses dan juga menguntungkan baik secara ekonomi maupun untuk kelestarian lingkungan lebih terjaga karena limbah yang dibuang sudah jauh lebih bersih Van der Bruggen dkk, 2004. 6. Kesimpulan Pengolahan limbah tekstil yang dilakukan dengan menggunakan proses berbasis membran sekarang ini sudah banyak digunakan. Proses berbasis membran ini bermacam-macam seperti mikrofiltrasi, nanofiltrasi, ultrafiltrasi, reverse osmosis, elektrodialisis, dan proses hibrid. Pemilihan proses membran tersebut didasarkan pada limbah industri tekstil yang akan diolah, hasil dari pengolahan limbah dengan proses membran tersebut juga akan sangat bervariasi. Misalnya, kualitas air hasil pengolahan limbah dengan mikrofiltrasi atau ultrafiltrasi biasanya tidak memenuhi kriteria untuk digunakan kembali dalam proses pembuatan tekstil. Namun, pengolahan dengan proses nanofiltrasi atau reverse osmosis akan menghasilkan air hasil pengolahan limbah yang dapat digunakan kembali untuk proses primer pembuatan tekstil. Proses hibrid yang merupakan proses gabungan dari beberapa proses membran juga banyak diterapkan karena dapat melengkapi kekurangan satu sama lain dari proses membran agar dihasilkan pengolahan limbah tekstil yang baik dan ramah lingkungan. Selain itu, persamaan yang ditemui saat dilakukan pemodelan pengolahan limbah berbasis membran, dapat diselesaikan dengan menggunakan aplikasi seperti MATLAB. Teknologi membran sekarang ini dianggap sebagai terobosan revolusioner dalam bidang teknologi, dan sangat menjanjikan untuk masa depan. 11 Daftar Pustaka REFERENCES Babu, Parande, Raghu, S., Kumar, 2007. Cotton textile processing waste generation and effluent technology. J. Cotton Sci. 11, 141-153. Chelme-Ayala, P., Smith, El-Din, 2009. Membran concentrate management options a comprehensive critical review. Can. J. Civil Eng. 36, 1107-1119. Ciardelli, G., Corsi, L., Marcucci, M., 2000. Membran separation for wastewater reuse in the textile industry. Resour. Conserv. Recyc. 31, 189-197. Duarte, F., Morais, V., Maldonado-H_odar, Madeira, 2013. Treatment of textile effluents by the heterogeneous Fenton process in a continuous packed-bed reactor using Fe/activated carbon as catalyst. Chem. Eng. J. 232, 34-41. Dutta, 2007. Principles of Mass Transfer and Separation Processes. PHI Learning Pvt. Ltd., New Delhi. Fersi, C., Dhahbi, M., 2008. Treatment of textile plant effluent by ultrafiltration and/ or nanofiltration for water reuse. Desalination 222, 263-271. Fersi, C., Gzara, L., Dhahbi, M., 2009. Flux decline study for textile wastewater treatment by membran processes. Desalination 244, 321-332. He, Y., Li, G., Jiang, Z., Wang, H., Zhao, J., Su, H., Huang, Q., 2011. Diafiltration and concentration of Reactive Brilliant Blue KN-R solution by two-stage ultrafiltration process at pilot scale technical and economic feasibility. Desalination 279, 235-242. Juang, Y., Nurhayati, E., Huang, C., Pan, Huang, S., 2013. A hybrid electrochemical advanced oxidation/microfiltration system using BDD/Ti anode for acid yellow 36 dye wastewater treatment. Sep. Purif. Technol. 120, 289-295. Koltuniewicz, Drioli, E., 2008. Membrans in Clean Technologies 2 Volume Set Theory and Practice. Wiley-VCH Verlag GmbH & Weinheim. Liu, M., Lü, Z., Chen, Z., Yu, S., Gao, C., 2011. Comparison of reverse osmosis and nanofiltration membrans in the treatment of biologically treated textile effluent for water reuse. Desalination 281, 372-378. Lotito, Fratino, U., Mancini, A., Bergna, G., Di Iaconi, C., 2012b. Effective aerobic granular sludge treatment of a real dyeing textile wastewater. Int. Biodeterior. Biodegrad. 69, 62-68. Nataraj, Hosamani, Aminabhavi, 2009. Nanofiltration and reverse osmosis thin film composite membran module for the removal of dye and salts from the simulated mixtures. Desalination 249, 12-17. Ong, Li, Sun, Zhao, Liang, Chung, 2014. Nanofiltration hollow fiber membrans for textile wastewater treatment lab-scale and pilotscale studies. Chem. Eng. Sci. 114, 51-57. Parvathi, C., Maruthavanan, T., Prakash, C., November 2009. Environmental impacts of textile industries. Indian Text. J. Magaz. 22-26. IPF online limited. Praneeth, K., Manjunath, D., Bhargava, Tardio, J., Sridhar, S., 2014. Economical treatment of reverse osmosis reject of textile industry effluent Robinson, T., McMullan, G., Marchant, R., Nigam, P., 2001. Remediation of dyes in textile effluent a critical review on current treatment technologies with a proposed alternative. Bioresour. Technol. 77, 247-255. Schafer, Fane, Waite, Eds., 2005. Nanofiltration Principles and Applications, first ed. Elsevier, UK. Skema Pengolahan Bahan Dasar Tekstil, Available diakses 04-10-2016. 12 Skema Proses Kerja Mikrofiltrasi, Available diakses 04-10-2016. Skema Proses Kerja Nanofiltrasi, Available diakses 04-10-2016. Türgay, O., Ers€oz, G., Atalay, S., Forss, J., Welander, U., 2011. The treatment of azo dyes found in textile industry wastewater by anaerobic biological method and chemical oxidation. Sep. Purif. Technol. 79, 26-33. Van der Bruggen, B., M€antt€ari, M., Nystr€om, M., 2008. Drawbacks of applying nanofiltration and how to avoid them a review. Sep. Purif. Technol. 63, 251-263. Verma, Dash, Bhunia, P., 2012. A review on chemical coagulation/flocculation technologies for removal of colour from textile wastewaters. J. Environ. Manage. 93, 154-168. Volmajer Valh, J., Majcen Le Marechal, A., Vajnhandl, S., Jeri_c, T., _Simon, E., 2011. in the Textile Industry, Reference Module in Earth Systems and Environmental Sciences, Treatise on Water Science. Elsevier, pp. 685-706. Wenten, “Industri Membran dan Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, 2015. Wenten, “Teknologi Membran Prospek dan Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, 2015. Wenten, Aryanti, Hakim, “Teknologi Membran Dalam pengolahan Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, 2014. Wenten, Aryanti, Khoiruddin; “Teknologi Membran dalam Pengolahan Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, 2014. Wenten, Hakim, Aryanti, “Bioreaktor Membran untuk Pengolahan Limbah Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung, 2014. Wang, Q., Luan, Z., Wei, N., Li, J., Liu, C., 2009. The color removal of dye wastewater by magnesium chloride/red mud MRM from aqueous solution. J. Hazard. Mater. 170, 690-698. Petra Yohana SitanggangIndonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan keanekaragaman seni kerajinannya. Salah satu kerajinan yang terkenal di Indonesia adalah batik dan tekstil. Batik dan Industri tekstil di Indonesia merupakan industri yang tergolong sangat besar dan menguntungkan. Industri ini juga dilindungi dan dipacu oleh pemerintah pertumbuhannya. Batik ditetapkan UNESCO pada tahun 2009 sebagai warisan kemanusiaan dalam budaya lisan dan non bendawi Masterpiece of the oral stage of oral and intangible heritage of humanity. Kekurangan terbesar dari industri tekstil di Indonesia adalah pengolahan proses dan pengolahan limbah yang sangat buruk. Pencemaran sungai akibat limbah tekstil merupakan hal yang sedang terjadi pada kota penghasil tekstil seperti Pekalongan. Kontaminan limbah tekstil terbesar pada dasarnya berasal dari pewarna. Pewarna sangat stabil secara kimia, sehingga sulit untuk cepat terdegradasi secara biodegradasi maupun degradasi ultraviolet. Ada beberapa cara yang dapat diterapkan dalam pengolahan limbah, antara lain secara tradisional seperti adsorpsi, sistem lumpur aktif, bioremediasi dan cara yang lebih praktis seperti menggunakan membran. Penggunaan membran akan menguntungkan dari segi air yang dihasilkan berkondisi baik dan bahkan dapat digunakan ulang dalam proses, namun memiliki beberapa kelemahan seperti rentan terhadap NF and reverse osmosis RO thin film composite polyamide membrane modules were used to remove the color from the contaminated solution mixture. The feasibility of membrane processes for treating simulated mixture by varying the feed pressures 100–400psi and feed concentrations was studied to assess the separation performance of both NF and RO membranes. It was found that the efficiency of NF and RO membranes used in the treatment of colored water effluents was greatly affected by the presence of salts and dyes in the mixture. Color removal by NF with a high rejection of and total dissolved solids TDS of was achieved from RO by retaining significant flux rate compared to pure water flux, which suggested that membranes were not affected by fouling during the simulated wastewater process operation. The effect of varying concentrations of Na2SO4 salt and methyl orange MO dye on the performance of spiral wound membranes was determined. Increasing the dye concentration from 500 to 1000mg/L resulted in a decrease of salt rejection at all operating pressures and for both concentrations of 5000 and 10,000mg/L as the feed TDS. Increasing the salt concentration from 5000 to 10,000mg/L resulted in a slight decrease in dye study aimed to evaluate and compare the effectiveness of reverse osmosis RO and nanofiltration NF membranes in the treatment of biologically treated textile effluent in terms of COD removal, salinity reduction as well as permeate flux. Cross-flow filtration tests of the textile effluent were conducted under various hydrodynamic conditions employing BW30 reverse osmosis and NF90 nanofiltration flat-sheet membranes. The experimental results showed that, under the same operating pressure, the nanofiltration membrane NF90 exhibited higher water permeability and more severe flux decline than membrane BW30 because of its higher porosity and more serious concentration polarization and membrane fouling; while under the same initial flux, the reverse osmosis membrane BW30 experienced more serious flux decline than membrane NF90 due to its tendency towards fouling. Both the membranes could reduce COD to a desirable level of less than However, the nanofiltration membrane showed better COD removal efficiency compared to the reverse osmosis membrane, possibly due to its sieving removal mechanism. Additionally, the reverse osmosis membrane BW30 reduced salinity to a greater extent than the nanofiltration membrane NF90. The treated water could be recycled back into the process, thereby offering economical benefits by reducing the water consumption and wastewater treatment paper reports the results obtained using the sequencing batch biofilter granular reactor SBBGR for the treatment of the wastewater from a dyeing and finishing factory. The treatment of such a wastewater is challenging as it usually contains considerable amounts of different recalcitrant, toxic and inhibitory pollutants, which results in low biodegradability and in the need for numerous treatment steps. Different operational conditions were tested in order to assess SBBGR performance as a function of the applied organic and hydraulic load and to verify its suitability for on-site dyeing wastewater treatment at each factory. The reported measurements demonstrate how this innovative biological technology exhibits various promising features for this purpose, as good treatment efficiencies can be achieved even at high organic load values kgCOD m−3 d−1 and with hydraulic retention times lower than one day. Furthermore, the treatment is characterized by a sludge production as low as kg of dry sludge per kg of COD removed. Therefore, SBBGR has proved to be an effective pre-treatment for dyeing textile wastewater before discharge into municipal sewer system, as it produces a suitable effluent using just only one biological step with high hydraulic and organic loadings and low sludge production.

pabrik untuk mengolah bahan industri tts